Rabu, Maret 30, 2011

Viperfish (Chauliodus sloani)



Chauliodus sloani - the viperfishThe viperfish is one of the most unusual-looking fish in the deep sea. It is also one of the most popular and well-known species. Known scientifically as Chauliodus sloani, it is one of the fiercest predators of the deep. This fish can be easily recognized by its large mouth and sharp, fang-like teeth. In fact, these fangs are so large that they will not fit inside the mouth. Instead, they curve back very close to the fish's eyes. The viperfish is thought to use these sharp teeth to impale its victims by swimming at them at high speeds. The first vertebra, right behind the head, is actually designed to act as a shock absorber. This fearsome looking creature has a long dorsal spine that is tipped with a photophore, a light-producing organ. The viperfish uses this light organ to attract its prey through a process known as bioluminescence. By flashing the light on and off, it can be used like a fishing lure to attract smaller fish.

In spite of its ferocious appearance, the viperfish is a relatively small animal, growing to about 11 or 12 inches (30 centimeters) in length. It is usually dark silvery blue in color, but its coloration can vary from green to silver or black. Although the main light organ is located at the end of the elongated dorsal fin ray, there are also several photophores located all along the side of the fish. These may help to camouflage the fish from predators lurking below. These lights make its bottom side appear to blend in with the extremely faint light filtering down from above. They may also serve to attract prey and communicate with potential mates or rivals.

The unusually large teeth of the viperfish help it to grab hold of its prey at it hunts in the darkness. Viperfish have been observed hanging motionless in the water, waving their lures over their heads like a fishing pole to attract their meals. They have a hinged skull, which can be rotated up for swallowing unusually large prey. They also have very large stomachs that allow them to stock up on food whenever it is plentiful. Viperfish feed primarily on crustaceans and small fish. Like many deep-sea creatures, they are known to migrate vertically throughout the day. During daytime hours they are usually found in deep water down to 5,000 feet (1,500 meters). At night they travel up to shallower waters at depths of less than 2,000 feet (600 meters) where food is more plentiful. Viperfish have a very low basal metabolic rate, which means they can go for days without food. This adaptation is likely a result of the scarce nature of food in the deep sea. Viperfish are known to be preyed upon by sharks and some species of dolphin.


Because of the extreme depths at which they are found, very little is known about the reproductive habits of the viperfish. It is believed that they are external spawners, meaning that the female releases eggs into the water to be fertilized. Spawning probably occurs throughout the year, although the numbers of young larvae have been discovered to be highest between January and March. These larvae are approximately six millimeters long (approximately a quarter of an inch) when they hatch. They are left to fend for themselves until they can reach maturity. Not much is known about the life span of the viperfish, but most researchers think they live between 15 and 30 years. In captivity, they rarely live longer than a few hours.

Viperfish are found in tropical and temperate waters throughout the world at depths of up to 9,000 feet (2,800 meters). They are rarely seen by humans, although specimens do sometimes show up in the catches of deep water trawlers. These occasional catches provide scientists with unique opportunities to study this elusive animal. Because they live in such deep waters, it is believed that human activity has very little impact on their populations.
Selengkapnya...

Selasa, Maret 29, 2011

Penyusunan Rencana Penelitian

MATERI RENCANA PENELITIAN (DRAFT SKRIPSI)

Rencana penelitian yang diajukan harus berisikan materi pokok sebagai berikut:

1. Latar belakang masalah;
2. Rumusan masalah;
3. Hipotesis (bila diperlukan);
4. Definisi operasional dan ruang lingkup penelitian;
5. Tinjauan pustaka;
6. Metode penelitian;
7. Tujuan dan kegunaan;
8. Daftar pustaka;
9. Kerangka isi penelitian (Outline).

URAIAN MATERI POKOK RENCANA PENELITIAN:

1. LATAR BELAKANG MASALAH
Latar belakang masalah mengandung uraian tentang hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah pokok yang akan dikaji dalam skripsi. Uraian tersebut berisikan tinjauan teoritis dan faktual mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah pokok, baik berdasarkan hasil telaah atau pengamatan sendiri. Latar belakang permasalahan juga harus mencerminkan realitas dan aktualitas objek penelitian, mendeskripsikan pentingnya penelitian dan alasan-alasan pemilihan masalah pokok tersebut.

2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dimaksudkan sebagai penegasan atas masalah pokok yang akan dikaji dan diformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memerlukan jawaban. Untuk kedalaman pembahasan, maka permasalahan yang akan dikaji tidak lebih dari satu masalah pokok, tetapi harus dianalisis secara logis ke dalam beberapa submasalah. Jika ternyata masalah pokok itu mempunyai ruang lingkup yang luas, maka masalah yang akan diteliti harus dibatasi dengan mengidentifikasi dan menjelaskan aspek-aspek apa saja dari sekian masalah itu yang akan diteliti dan dibahas. Pemilihan masalah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam metodologi penelitian.

3. HIPOTESIS
Hipotesis sebagai dugaan dan jawaban sementara terhadap masalah pokok dimaksudkan untuk memusatkan perhatian dalam meneliti benar-tidaknya suatu teori. Esensi dari hipotesis merupakan suatu pernyataan yang berdasarkan pemikiran dari hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat deklaratif dalam menghubungkan variabel-variabel. Hipotesis diperlukan dalam penelitian yang bersifat verifikatif, tetapi tidak diperlukan dalam penelitian yang bersifat eksploratif atau deskriptif.

Unsur lain yang perlu ditegaskan dalam pernyataan hipotesis ini adalah untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, teknik tersebut adalah:
a. tes dengan logika
b. tes dengan informasi; dan
c. tes dengan percobaan

Penyusunan hipotesis harus dilandasi kerangka teori seperti yang dituntut dalam metodologi penelitian.

4. DEFINISI OPERASIONAL DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami variable-variabel yang terkandung dalam judul. Sedangkan ruang lingkup penelitian berfungsi untuk menjelaskan batasan dan cakupan penelitian.

5. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk penelitian lapangan, tinjauan pustaka berisi ulasan yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa:

• Pokok masalah yang akan diteliti dan dibahas belum pernah diteliti atau dibahas oleh penulis lain sebelumnya.

• Pokok masalah yang akan diteliti mempunyai relevansi (sesuai atau tidak sesuai) dengan sejumlah teori yang telah ada.

Sedangkan penelitian kepustakaan, berisi ulasan yang dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa:

• Pokok masalah yang akan diteliti belum pernah dibahas oleh penulis lain sebelumnya; atau mungkin telah dibahas oleh penulis lain namun berbeda pendekatan yang digunakan atau penelitian tersebut masih perlu untuk dikembangkan dan/atau perlu pengujian.

• Menjelaskan bahwa teori-teori yang telah ada berbeda dengan yang akan diteliti atau tidak relevan lagi.

6. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian berisi ulasan tentang metode yang dipergunakan dalam tahap-tahap penelitian yang meliputi: jenis, pendekatan, pengumpulan data, dan pengolahan/analisis data.

a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan, misalnya: historis, studi kasus, eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif.

b. Metode Pendekatan
Metode pendekatan mengungkapkan perspektif yang digunakan dalam membahas objek penelitian. Perspektif tersebut harus relevan dengan jurusan/prodi. Misalnya, pendekatan teologi normatif (syar’iy) dan yuridis bagi Jurusan Syari’ah; pendekatan pendidikan dan psikologis bagi Jurusan Tarbiyah; dll.

c. Metode pengumpulan data
Metode ini mencakup teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, seperti observasi, interview, angket, dokumen, dan/atau kartu data. Selain itu, perlu juga dikemukakan jenis data (kuantitatif atau kualitatif), sumber data, baik primer maupun sekunder; baik kepustakaan (library research) maupun lapangan (field research). Dalam hal penelitian lapangan, perlu ditegaskan objek penelitian, populasi dan sample serta proses samplingnya.

d. Metode pengolahan dan analisis data
Pada bagian ini, dikemukakan jenis metode pengolahan data yang digunakan, yakni metode kuantitatif atau metode kualitatif serta alasan penggunaannya. Penggunaan metode kuantitatif lebih lanjut menghendaki penegasan model penyajian data seperti penyajian dalam bentuk tabel atau grafik, dan penegasan penggunaan analisis statistik.

Adapun penggunaan metode kualitatif menghendaki penegasan teknik analisis dan interpretasi data.

7. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan dan Kegunaan, yakni apa yang akan dicapai dengan penelitian dan pembahasan terhadap masalah yang sedang dikaji. Tujuan penelitian adalah salah satu dari alternatif berikut:
a. Menemukan atau merumuskan teori;
b. Mengembangkan suatu teori;
c. Menguji kebenaran suatu teori;

Penegasan tujuan ini tidak cukup dengan menyalin salah satu kalimat di atas, tetapi harus dibarengi dengan keterangan seperlunya sehingga jelas teori apa yang akan dirumuskan, dikembangkan, atau diuji.

Kegunaan penelitian mencakup dua hal, yakni:

• Kegunaan ilmiah yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keislaman pada khususnya.

• Kegunaan praktis yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat bangsa, negara, dan agama.

Kegunaan penulisan yang bersifat formal, yakni sebagai kelengkapan syarat guna memperoleh gelar akademik, tidak perlu diungkapkan karena telah tercantum dalam halaman sampul.

8. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka, yaitu daftar buku-buku atau karya ilmiah lainnya yang telah ditelaah dan akan dijadikan rujukan dalam penulisan. Daftar pustaka masih bersifat sementara. Dikatakan demikian, karena tidak tertutup kemungkinan ditemukannya sumber lain yang lebih valid, atau dapat melengkapi kepustakaan yang sudah ada.

9. KERANGKA ISI (OUTLINE)
Kerangka Isi (Outline), yakni sistematika pembahasan yang dibagi ke dalam bab-bab dan subbab-subbab sesuai dengan topik dan permasalahannya. Kerangka isi ini dapat mengalami perubahan atau penyempurnaan dalam proses penelitian dan pembahasan selanjutnya
Selengkapnya...